Inflasi di Palembang Terkendali

MONPERA.ID, Palembang – Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Palembang mencatat laju inflasi pada September 2025 sebesar 0,30 persen secara bulanan (m-to-m), 3,28 persen secara tahunan (y-on-y), dan 2,37 persen secara tahun kalender (y-to-d). Sejumlah komoditas kebutuhan pokok hingga logam mulia menjadi penyumbang utama kenaikan harga bulan lalu.

Kepala BPS Kota Palembang Edi Subeno mengatakan, kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau masih menjadi pendorong terbesar inflasi dengan andil 0,17 persen. Di antara komoditasnya, cabai merah, daging ayam ras, dan sigaret kretek mesin (SKM) tercatat sebagai penyumbang terbesar kenaikan harga.

“Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau memiliki andil 1,64 persen, terutama dari cabai merah, bawang merah, dan beras. Sementara itu, kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya menyumbang 1,19 persen karena kenaikan harga emas perhiasan,” jelas Edi.

Naiknya harga daging ayam ras, lanjutnya, disebabkan oleh keterbatasan bibit, tingginya permintaan masyarakat termasuk untuk program Makanan Bergizi Gratis (MBG), serta meningkatnya biaya produksi.

Sementara itu, lonjakan harga emas dipicu oleh ketidakpastian ekonomi global dan konflik geopolitik internasional yang membuat harga logam mulia melonjak di pasar dunia.

Meski begitu, inflasi sedikit teredam oleh penurunan harga BBM non-subsidi yang berlaku mulai 1 September 2025. Berdasarkan data Pertamina, Pertamax Turbo turun Rp100 per liter, Solar Delite turun Rp250 per liter, dan Pertamina Dex turun Rp300 per liter.

Edi menegaskan, secara umum inflasi Kota Palembang masih dalam kondisi terkendali. Namun, ia mengingatkan perlunya langkah antisipatif terhadap potensi gejolak harga pangan menjelang akhir tahun, ketika konsumsi masyarakat biasanya meningkat.

Di sisi lain, Kabid Perdagangan Dalam Negeri Disdag Palembang, Elsa Noviani, mengungkapkan bahwa kenaikan harga cabai merah disebabkan oleh menurunnya pasokan akibat musim hujan.

“Banyak petani gagal panen karena cabai membusuk di lahan. Ketika musim hujan, kualitas cabai menurun drastis sehingga banyak yang tidak dipanen,” ujarnya.

Sebagai langkah pengendalian inflasi, Pemkot Palembang telah menggelar pasar murah di 44 titik sejak Februari hingga September 2025. “Masih ada 22 titik lagi yang akan kami laksanakan hingga Desember, bekerja sama dengan kecamatan dan kelurahan, khususnya untuk membantu keluarga menengah ke bawah,” tambah Elsa.

Dengan berbagai langkah tersebut, Pemkot Palembang optimistis inflasi tetap bisa dijaga agar tidak mengganggu daya beli masyarakat menjelang akhir tahun.