KH Nazaruddin Umar : Mau Dekat dengan Allah, Mulailah Taubat

MONPERA.ID, Jakarta – Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan dan dosa, baik yang disengaja maupun tidak. Namun, Allah Maha Pengampun dan selalu membuka pintu taubat bagi hamba-Nya yang ingin kembali kepada-Nya.

Taubat bukan hanya sekadar meminta ampun, tetapi juga mencerminkan kesungguhan untuk memperbaiki diri dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Dengan taubat, seseorang menunjukkan ketulusan hatinya dalam kembali kepada Allah SWT.

Menurut Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA., jika kita ingin mendekatkan diri kepada Allah, kita harus mengetahui jalannya.

Langkah pertama yang dapat kita tempuh adalah bertaubat. Taubat berasal dari kata “taaba” yang berarti kembali. Dalam konteks ini, taubat adalah kembali ke jalan Allah, yang merupakan sebuah tindakan positif dalam kehidupan seorang Muslim.

Taubat bukan hanya bentuk penyesalan, tetapi juga bukti nyata bahwa seseorang ingin memperbaiki dirinya dan mendapatkan rahmat serta ampunan dari Allah.

“Bagaimana caranya kita dapat mendekatkan diri kepada Allah? Anak tangga pertama yang harus kita injak adalah taubat,” ujar Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum, Rabu (5/3/2025).

Ini menegaskan bahwa taubat adalah pondasi awal bagi seseorang yang ingin mendekatkan diri kepada Allah. Tanpa taubat, sulit bagi seseorang untuk mencapai ketakwaan yang sejati.

Dalam kitab Ihya’ Ulumuddin, Imam Al-Ghazali menjelaskan enam tahapan dalam bertaubat. Pertama, meninggalkan dosa tersebut dengan tekad untuk tidak mengulangi perbuatan yang telah dilakukan. Ini adalah bentuk kesungguhan untuk benar-benar berpisah dari kebiasaan buruk yang telah dilakukan.

Kedua, beristigfar atau memohon ampun kepada Allah dengan tulus, sebagai wujud pengakuan bahwa diri ini lemah dan membutuhkan kasih sayang serta ampunan-Nya.

Ketiga, menunjukkan penyesalan yang mendalam atas dosa yang telah diperbuat, karena tanpa rasa penyesalan, taubat menjadi tidak sempurna.

Keempat, berjanji untuk tidak mengulanginya dengan berkomitmen agar tidak jatuh dalam kesalahan yang sama. Janji ini harus disertai dengan usaha nyata agar tidak kembali ke perbuatan dosa.

Kelima, mengganti perbuatan dosa dengan amal kebaikan sebagai bentuk penebusan dosa, karena setiap perbuatan baik dapat menghapus dosa-dosa kecil yang telah lalu.

“Perbuatan baik akan menenggelamkan perbuatan dosa,” tambah Prof Nasaruddin Umar.

Terakhir, yang keenam, mengembalikan hak atau meminta maaf kepada pihak yang pernah dizalimi jika dosa tersebut berhubungan dengan hak orang lain. Taubat tidak akan sempurna jika masih ada hak orang lain yang belum dikembalikan atau dimaafkan.

Hal ini mengajarkan bahwa setiap muslim sebaiknya terus memperbanyak amal kebajikan agar dosa-dosa yang telah lalu dapat dihapuskan oleh Allah. Jika ingin benar-benar bertaubat, keenam langkah ini harus dijalani dengan penuh kesungguhan. Tanpa adanya keseriusan dalam bertaubat, seseorang tidak bisa berharap untuk mendapatkan ampunan sepenuhnya dari Allah.

Dalam Islam, taubat terbagi menjadi dua jenis. Pertama, taubat inabah, yaitu taubat yang dilakukan karena takut akan siksa neraka. Taubat ini umumnya didorong oleh rasa takut terhadap konsekuensi dosa yang telah diperbuat.

Kedua, taubat istijabah, yaitu taubat yang dilakukan karena merasa malu kepada Allah atas dosa dan maksiat yang telah dilakukan.

Kita tentu berharap dapat mencapai kualitas taubat yang terbaik, bukan sekadar karena takut akan hukuman, tetapi karena kesadaran dan kecintaan kita kepada Allah. Semakin tulus taubat seseorang, semakin besar harapan untuk mendapatkan pengampunan dan rahmat dari-Nya.

Prof Nasaruddin Umar mengajak untuk membiasakan diri untuk selalu bertaubat. Tanpa taubat, kita tidak akan bisa mendaki menuju kebaikan yang Allah berikan.

“Semoga kita berada pada kualitas taubat yang baik,” harap Menag itu.

Jangan lewatkan, detikKultum bertema “Kontemplasi Ramadan” bersama Prof Nasaruddin Umar selama bulan Ramadan setiap pukul 20.30 WIB hanya di detikcom.